Breaking News

Kamis, 25 Februari 2016

Punahnya Bahasa Daerah


Bahasa adalah sarana yang paling berpengaruh terhadap kehidupan kita di lingkungan masyarakat. Sehingga secara tidak langsung kita di tuntut untuk dapat memahami dan  mengerti apa bahasa yang di gunakan. Bahasa di  setiap lingkungan daerah tentunya berbeda – beda. Tapi jika kita menengok lagi di daerah pedesaan pastilah kita akan menemui atmosfir – atmosfir ketradisonalan yang masih kental dan enggan meninggalkan tradisinya salah satunya yaitu bahasa daerah.
 Hilangnya bahasa daerah kita dikarenakan kita sendiri yang tak pernah merawat dan menularkannya kepada generasi penerus. Dewasa ini bahasa daerah semakin hari semakin terkikis karena tanpa kita sadari kita menekan keluar dan menggantinya dengan bahasa asing yang terus menerus masuk ke lingkungan kita. Adapun faktor yang mempengaruhi hilangnya bahasa daerah yaitu bimbingan orang tua yang sejak kecil telah mencentuskan dan mengajarkan kepada anaknya untuk berbicara bahasa asing seperti bahasa inggris sehingga tak jarang terkadang bahasa Indonesia pun juga ikut terpengaruh, pendidikan sekarang yang mengharuskan siswanya memakai bahasa asing setiap harinya sehingga ini membiasakan untuk terus menerus menggunakan bahasa asing sehingga bahasa daerah pun terlupakan, di sekolah mulai dari Sekolah Dasar, SMP sampai dengan SMA bahasa daerah hanya masuk pelajaran muatan lokal bahkan ada di sebuah Sekolah Kejuruan bahasa daerah tidak ada atau tidak di masukkan ke dalam mata pelajaran.
Peranan bahasa daerah sangatlah penting karena kepunahan bahasa sama dengan kepunahan peradaban manusia secara keseluruhan. Menurut penelitian, di Indonesia ada 169 bahasa etnis/daerah yang terancam punah. Inilah fokus dalam Seminar Nasional bertopik “Pengembangan dan Perlindungan Bahasa, Kebudayaan Etnik Minoritas untuk Penguatan Bangsa.”. Buktinya banyak generasi muda yaitu generasi penerus bangsa kita yang enggan menggunakan bahasa daerahnya sendiri yang katanya malu jika memakai bahasa daerahnya, ini merupakan suatu fakta yang tidak bisa di pungkiri lagi bahwa bangsa kita memang sudah di butakan oleh bahasa – bahasa gaul yang terlalu condong ke bahasa asing.
Peristiwa ini terjadi bukan disebabkan oleh orang lain namun kita sendirilah yang menjadikan bahasa daerah itu punah. Salah satu yang membuat kaget saat saya membaca sebuah artikel yang menceritakan di sebuah kampung di Nganjuk, Jawa Timur. Ada sebuah siaran radio lokal. Bukan soal isinya yang menurut saya biasah saja, tapi penggunaan bahasanya yang sangat mirip dengan radio lokal di Jakarta, Sebutan gue, elu, nyokap, bokap, jadi idiom yang disebut terus menerus saat siaran oleh sang penyiar. Jujur ini membuat saya kaget, kalau begini apa bedanya radio daerah dengan radio di Jakarta? Mulai dari lagu, gaya bahasa penyiar hingga cara berguraunya pun mirip dengan gaya gaul anak Jakarta. Dari sisi bisnis memang keberadaan jaringan radio (radio network) merupakan sesuatu yang menggiurkan. Mereka meluaskan jangkauan mulai dari ibukota hingga ke pelosok. Ini juga sekaligus ‘mengimpor’ banyak hal yang sedang menjadi tren di ibukota, mulai dari teknologi, modal hingga itu tadi, gaya berbahasa. Mungkin para penyiar radio daerah merasa bangga bisa bergaya bahasa persis seperti rekan mereka dalam satu jaringan radio. Tapi mereka agaknya lupa, apa yang mereka lakukan sesungguhnya justru ‘membunuh’ keragaman bahasa daerah tempat mereka berada sendiri. Karena para penyiar ini justru bangga dengan bahasa Indonesia berdialek Sunda yang mereka gunakan. Mereka pelan-pelan secara tak langsung tak lagi menggunakan bahasa daerah tempat mereka tinggal.
Dampaknya? Selain makin menjauhkan para penyiar tadi dengan bahasa daerahnya, yang paling parah adalah terpaan siaran radio itu yang membuat masyarakat perlahan meninggalkan bahasa daerahnya sendiri. Ini tak bisa dibiarkan! Harusnya keberadaan radio daerah dipantau sedemikian rupa untuk memelihara keberagaman budaya lokal. Karena keberagaman inilah yang membentuk satu Indonesia. Radio berjaringan tak salah, yang salah jika menyamakan semua gaya bahasanya menjadi hanya satu, gaya bahasa kota, sehingga identitas lokal pun menghilang. Lalu bagaimana agar bahasa daerah tetap lestari dan digunakan di negeri ini? Peran seorang ibu sangat jelas.
Pemakaian bahasa daerah sangat erat kaitannya dengan kesopanan dan tata krama budaya, terutama budaya jawa. Bahasa Jawa mengenal beberapa tingkatan, ngoko, krama madya, dan krama inggil. Pemakaian tingkatan itu tergantung kepada siapa dan di lingkungan apa kita berbicara. Berbicara dengan seorang tua yang dihormati, misalnya, mestilah dalam bahasa yang halus dan dengan sikap yang sopan. Tapi ada kecenderungan pemakaian bahasa Jawa halus ini juga mulai memudar. Banyak anak muda di Sunda yang kini tidak mampu berbahasa Sunda halus. Sebagai akibatnya, tata krama dan sopan santun berbahasa juga mulai berubah.
Lalu bagaimana agar bahasa daerah tetap lestari dan digunakan di negeri ini? Peran seorang ibu sangat jelas dalam mengajarkan ketrampilan berbahasa. Tak usah mencari contoh jauh-jauh, kita sendiri bisa dan mengerti bahasa Sunda karena mungkin ibu kita kerap mengajak bercakap dalam bahasa Sunda sejak kecil. Dan itu hanya dilakukan dalam lingkup rumah saja. Jika bertemu dengan orang dari etnis lain, kita selalu menggunakan bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia sebagai jembatan komunikasi.
Memperbanyak guru-guru yang mengajarkan bahasa daerah. Mentraining mereka sehingga apa yang mereka sampaikan kepada peserta didik menjadi menarik. Bukan hanya menguasai materi, tetapi mereka juga mampu menguasai metode dan strategi pembelajaran. Para kepala dinas di daerah harus membina mereka, dan mensejahterakan penghasilannya sehingga mereka mampu menjadi guru pemandu dalam bahasa daerahnya masing-masing. Bila mereka mampu menjadi pemandu bahasa daerah, maka Indonesia akan menjadi sebuah negera terunik di dunia, karena mampu memlihara bahasa daerah atau bahasa ibunya dengan baik. Itu merupakan salah satu solusi dalam mencegah terkikis, terkucilnya bahasa daerah dan punahnya bahasa daerah di negeri kita. Penguasaan bahasa daerah harus tetap ada dalam diri setiap anak negeri. Mereka harus menyadari dari mana asal-usul mereka dan menguasai bahasa daerahnya, sehingga ketika ada orang yang sekampung atau serumpun, kita bisa saling berbicara dengan bahasa daerahnya masing-masing.

       JANGAN MALU BERBICARA BAHASA DAERAH

BUNG UMAM 
Read more ...

Rabu, 24 Februari 2016

Pantai Cinangka - Anyer

Apabila Anda ingin menikmati keindahan sunset di Pantai Anyer, maka tempat inilah yang harus dikunjungi. Untuk masuk ke sini, Anda cukup dengan membayar tiket 10.000 Rupiah dan Anda bisa menikmati pemandangan pantai Pasir Putih Florida yang indah. Pantai ini mempuyai hamparan pasir yang lebih lebar dibandingkan pantai-pantai lainnya yang ada di Anyer. Oleh karena itu, Pantai ini menjadi salah satu tujuan wisata Anyer - cinangka
Read more ...

Pantai Cinangka-Anyer

Dari sejumlah pantai di Anyer, pantai inilah yang memiliki hamparan pasir lebih putih dan halus. Kondisi pantai ini masih terbilang orisinil karena begitu alami, Sehingga mempunyai keindahan panorama yang indah. Pantai di Anyer yang satu ini wajib Anda kunjungi dalam perjalanan wisata Anda di jamin indah ayo  ke pantai Anyer - cinangka 
Read more ...

Peran dan Fungsi Organisasi Mahasiswa



PERAN DAN FUNGSI ORGANISASI MAHASISWA


MAHASISWA pada saat ini merupakan harapan terbesar bagi masyarakat sebagai penyambung lidah rakyat terutama sebagai perubahan di masyarakat (Agen social of cahange). Sebagai salah satu potensi, mahasiswa sebagai bagian dari kaum muda dalam tatanan masyarakat yang mau tidak mau pasti terlibat langsung dalam tiap fenomena sosial, harus mampu mengimplementasikan kemampuan keilmuannya dalam akselerasi perubahan keumatan ke arah berkeadaban.
Keterlibatan mahasiswa dalam setiap perubahan tatanan kenegaraan selama ini sudah menjadi jargon dan pilar utama terjaminnya sebuah tatanan kenegaraan yang demokratis. Romantisme politis antara mahasiswa dengan rakyat terlihat sebagai fungsinya sebagai social control termasuk terhadap kebijakan menindas.
Mahasiswa dalam hal ini sudah menunjukkan diri sebagai salah satu potensi yang dapat diandalkan dalam upaya menuju tatanan masyarakat yang berkeadilan. Dan distribusinya baik secara kualitas maupun kuantitas dalam segala aspek kehidupan sosial sudah semestinya diperhitungkan.
Bentuk keberhasilan dalam mewujudkan sebuah tatanan masyarakat berkeadaban di Indonesia adalah dengan semakin kecilnya angka kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, peningkatan taraf ekonomi dan pendidikan, dan lain sebagainya. Namun, itu semua hanya akan menjadi mimpi belaka manakala semua konsep-konsep yang dibangun dan berbasis kerakyatan tersebut tidak dibarengi dengan strategi yang matang dan jitu ke arah tujuan tersebut. Dan maksimalisasi fungsi mahasiswa dan kaum muda dalam tiap laju demokratisasi merupakan salah satu pilar utama yang perlu diperhatikan.
Sekali lagi, peran mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat sosial ditunggu. Diharapkan mahasiswa mampu memainkan peran yang strategis. Kesatuan visi, tekad, dan perjuangan untuk kepentingan masyarakat secara luas, menjadi pondasi utama peran tersebut saat ini atau nanti. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, sekali lagi, perlu pemetaan, perumusan, dan penelaahan metode penerapan fungsi mahasiswa dalam kancah epistemologi keumatan tersebut.
Realitas di Lapangan
Pasca gerakan reformasi 1997/1998 hingga saat ini terjadi neorosis masa yang cukup signifikan, aksi-aksi mahasiswa terkesan kehilangan comon enemy (musuh bersama). Solidaritas gerakan mahasiswa semakin mencair ke dalam ke-akuan masing-masing. Kampusku, organisasiku, idiologiku, dan keaku-akuan yang lain. Meskipun tidak bisa dipungkiri masih ada beberapa organisasi yang tetap konsisten menjadi corong kepentingan rakyat dengan tetap melakukan aksi-aski turun ke jalan.
Ironisnya, mencairnya gerakan mahasiwa ke dalam internal kampus tidak menjadikan organisasi mahasiswa dapat tumbuh dan berkembang menjadi kekuatan social society dan memiliki bargaining posisioning dalam mensikapi kebijakan-kebijakan biokrasi kampus dan mengakomodir aspirasi dan menjadi juru bicara mahasiswa.
Kondisi semacam ini semakin diperparah lagi dengan tingkah pola segelintir Mahasiswa yang meng-klaim dirinya sebagai “aktivis kampus” yang justru menjurus kepada pembenaran atas kecendrungan analisa negatif sebagai Mahasiswa lainnya tersebut. Bahkan, sebagian di antaranya cendrung “arogan”, merasa paling intelek dengan tidak menghiraukan keberadaan lingkungan sekitarnya.
“Aktivis Kampus” seperti ini kerap berbicara soal Demokrasi, tapi di saat itu juga cendrung “Otoriter”, memaksakan kehendak dan tidak bisa menerima perbedaan dan pendapat yang lain. Membahas “revolusi”, tapi tidak diimbangi dengn revolusi akhlak dalam dirinya yang masih jauh dari nilai-nilai fitri. Berdebat tentang Konsep Ketuhanan namun tak nampak “sifat-sifat” Tuhan dalam dirinya, seperti rahman, Rahim.Maka kalau kondisi ini terus dibiarkan, maka tidaklah heran organisasi mahasiswa mengalami degradasi dan deteroiorasi dalam skala aksi maupun subtansi. Dan hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan kaderisasi menurun drastis baik kualitas maupun kuantitas.
Kondisi objektif di atas bergulir bagaikan bola salju yang kian membesar dan sulit dicairkan, sehingga memunculkan kelompok mahasiswa terbagi sebagai berikut:
  1. Kelompok Mahasiswa Kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang). Tipikal dari individu atau kelompok mahasiswa ini dominan melewai hari-harinya di kampus full hanya dengan belajar “Teks Book”, mengerjakan semua yang diperintahkan setiap dosen (baca: dosen) dengan harapan kuliah dapat selesai tepat waktu dan meraih prestasi akademik yang memuaskan sehingga dapat menjadi dongkrak untuk peningkatan karier. Ciri khas utama kelompok ini adalah Indeks Prestasi Komulitatif (IPK)  minded, cendrung eksklusif dan skeptis-apatis terhadap apa pun bentuk aktivitas organisasi mahasiswa, senantiasa berpikir “neraca rugi-laba”, saat diajak ber-organisasi bahkan cendrung subjektif dalam peniliaiannya tentang aktivitas kampus.
  2. Kelompok Mahasiswa Cheerleader. Kelompok atau tipikal individu semacam ini mempunyai beberapa ciri, di antaranya senang meramaikan atau ikut menyemarakkan beberapa kegiatan yang ada di kampus maupun organisasi mahasiswa. Namun, masih “alergi” jika suatu ketika dipercaya untuk mengemban amanah kepemimpinan ataupun kepengurusan dalam sebuah event dan kegiatan sosial keorganisasian. Bagi mahasiswa model ini, berkelompok dan berorganisasi haruslah ada muatan “pesta”, bersenang-senang, sekadar pergaulan dan cendrung tidak mempunyai pendirian yang pasti terhadap pendapat-pendapat yang beredar mengelilingi lingkungan sekitarnya. Siapa yang dekat-akrab, mereka-lah kawan “organisasinya.”
  3. Kelompok Mahasiswa Aktif dengan Organisasinya. Kelompok atau individu dari mahasiswa semacam ini tidak begitu dominan keberadaannya. Secara kuantitatif relatif sedikit, sedangkan dari segi kualitas masih harus dikaji ulang. Eksistensi kelompok atau individu bertipikal semacam ini sepintas aktif dengan segenap organisasi kemahasiwaan yang ada baik yang intra maupun eksrakampus. Bahkan, dari yang sedikit jumlahnya di sini, sebagian di antaranya cendurng “kebablasan”, sehingga ada juga secara tidak sadar melepas statusnya sebagai mahasiswa lantaran “kris moneter” dalam dirinya D-O  (baca Drop Out). Ada juga sebagian diri mereka yang “kehabisan napas” kerena ketidakmampuan me-manage waktu yang dimilikinya, sehingga vacum bahkan berubah menjadi apatis terhadap organisasi mahasiswa.
Merubah Paradigma Berpikir
Mahasiswa yang aktif ber-organisasi secara konsisten semata-mata memiliki pemahaman bahwa organisasi kemahasiswaan merupakan sebuah sarana yang efektif  dalam meng-kader dirinya sendiri untuk ke depan. Sebagian di antaranya masih mempunyai keyakinan pandangan bahwa kampus merupakan tempat menimba ilmu yang tidak terbatas hanya kepada pelajaran semata.
Dengan bergabung aktif dalam organisasi kemahasiswaan yang bersifat intra ataupun eksra kampus berefek kepada perubahan yang signifikan terhadap wawasan, cara berpikir, pengetahuan dan ilmu-ilmu sosialisasi, kepemimpinan serta menajemen kepemimpinan yang notabene tidak diajarkan dalam kurikulum normatif Perguruan Tinggi. Namun, dalam ber-organisasilah dapat diraih dengan memanfaatkan statusnya sebagai mahasiswa.
Pemahaman arti penting sebuah organisasi dan aktivitas organisasi mahasiswa adalah salah satu persoalan yang pertama-tama harus diluruskan. Adanya anggapan bahwa ber-organisasi berarti berdemonstrasi, atau ber-organisasi khusunya di kampus tidak lebih dari sekadar membuang sebagian waktu, energi, ajang mencari kawan atau mencari jodoh merupakan bukti adanya kesalapahaman tentang presepsi sebagian mahasiswa tentang organisasinya sendiri.
Berdasarkan hal tersebut maka organsiasi mahasiswa dituntut untuk terus meningkatan kualiatas dirinya. Dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat mahasiswa. Sebagai miniatur pemerintahan negara dalam penyelenggaraan negara yang semestinya dilakukan oleh aparatur negara. Maka, organisasi mahasiwa harus meng-adopsi prinsip-prinsip pemerintahan layaknya dalam sebuah negara dan dikolaborasikan dengan prinsip sebagai organisasi pengkaderan dan perjuangan.
Dengan demikian, satu media yang dapat membentuk kematangan mahasiswa dalam hidup bermasyarakat ialah organisasi. Dengan senantiasa ber-organisasi maka mahasiswa akan senantiasa terus berinteraksi dan beraktualisasi, sehingga menjadi pribadi yang kreatif serta dinamis dan lebih bijaksana dalam persoalan yang mereka hadapi.**



                HANYA ADA SATU KATA LAWAN

KHAERUL UMAM
Read more ...

Sambutan Ketua Demisioner AMC

sambutanan ketua demisioner bang badru salam

Assalamu'alaikum Warohmtullahi Wabarokatuh.
Alkhamdulillah Wassholatu wassalamu 'ala rosulillah Amma ba'du.
Segala Puji Bagi Alloh Tuhan Semesta alam yang telah memberikan kita suatu kenikmatan seehingga melalui acara ini kita bisa berkumpul bersama dengan anugrah dan pertolongan-Nya dan jika saja Tuhan tidak memberikan kenikmatan kepada kita yakni kita tak bisa membentuk acara ini.

Shalawat dan salam marilah kita limpahkan pada junjungan Nabi  kita Muhammad SAW, yang telah banyak memberikan pelajaran bagi kita semua untuk terutama dalam tema meneruskan revolusi tahah kelahiran dengan memciptakan sejarah baru , itulah yang mesti patut kita pelajari karena berkaian dengan sebuah organisasi kita ini, untuk itu kita semua perbanyak mengucapkan sholawat kepada Nabi kita Muhammada SAW, kepada keluarganya, Shohabatnya, dan pengikutnya dan kepada kita sekalian hingga mendapatkan syafaat (pertolongan) pada hari Akhir nanti.
Syukur dan Alkhamdulillah proses pemilihan sudah berlangsung secara benar-benar penuh filterisasi (penyaringan) hingga berujung pada sosok yang sudah terpilih dan dipilih oleh kita semua, itu merupakan wujud dari sebuah demokrasi, bukankah musyawarah serta aspirasi dalam hal ini diutamakan, apalagi hal yang berkaitan dengan pemilihan ketua, dari mulai rekrutment, sampai memilih kandidat, sampai menjadi calon ketua, dan hingga menjadi ketua yang sah. Dan syukurlah semua sudah diselesaikan dengan jalan musyawarah.
Saya berdiri disini didepan para hadirin sekalian, adalah orang pendahulu sebelum anda sekalian yang sekarang dilantik menjadi pengurus baru dan akan menjalankan roda kepengurusan mulai sekarang, maka itu saya berpesan kepada pengurus baru yang dilantik kiranya agar serius dan berkomitment untuk menjalankannya sesuai dengan aturan dan Undang-udang yang berlaku, demikian besar harapan kita untuk menjadikan organisasi ini menjadi maju dan besar, dan tak lain itu semua tergantung pada nahkodanya, karena tak ada kapal selam yang sampai tujuan apabila tak ada nakoda, atau nakodanya tidak becus, maka itu pula yang diibaratkan untuk Nakoda di Organisasi ini, yang paling utama sekali adalah tanggung jawab dalam menjalankan tugas dan fungsi kepengurusan.
Pada Era kepemimpinan dan kepengurusan kami, sedikit menjadi sebuah gambaran dan pembelajaran bagi anda sekalian untuk sedikit menengok dan menjadi pengalaman semasa itu, selebihnya adalah bagaimana agar anda sekalian lebih maju, lebih produktif, leboh inovativ dan lebih energik, untuk itu perlu komitmen serta kerja sama yang kuat untuk menjalankannya. Kembali pada pokok bahasan yakni tentang pelantikan pengurus baru yang saat ini sudah menjadi gerbong kemajuan organisasi, sopir dari organisasi, maka itu bekerjalah dengan penuh keseriusan, pemimpin hari ini bekerjalah, berjuanglah, karena hari esok adalah hasil dari pekerjaan anda menuggu.
Demikian atas waktunya yang diberikan kepada saya untuk mengisi pidato sambutan dalam acara pelantikan pengurus baru di organisasi ini, sebelum pidato sambutan saya ini saya tutup sebelumnya saya yang mewakili segenap panitia dan tamu undangan yang tidak bisa kepanggung mengucapkan "SELAMAT ATAS TERPILIHNYA MENJADI PENGURUS BARU PERIODE............." sekian dan kurang lebihnya saya mohon maaf, dan atas kekurangannya silahkan anda tambahkan sendiri, hehee,,, terimakasih yang sebesar-besarnya, Wallahul muafiq ilaa Aqwamitthoriq Wassalamu'alaikum Warohmtullahi Wabarokatuh
Read more ...

Jumat, 19 Februari 2016

banten yang malang

bantenku yang malang kau adalah propinsi termuda di indonesia ini tetapi namamu sangat terkenal sekali di indonesia ini walau kau baru lahir di indonesia ini 15 tahun yang lalu kau terkenal bukan karena prestasi yang kau raih melainkan karena namamu di jadikan korban oleh orang orang yang sudah membuat namamu tercoreng tidak baik di indonesia ini.

     dimana kasus korupsi gubernur banten atut chosiyah dan adiknya yang membawa nama banten di sebut sebut jelek, tak lama kemudian kasus korupsi  DPRD di banten yang sudah geger di perbincangkan oleh orang orang.
Read more ...
Designed By